Peta kalimantan versi Belanda

Minggu, 03 Juli 2011

Pasukan ditakuti tentara Belanda di kalimantan

PADA zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru.

[Image: sumpit.jpg]
Penyebab yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.
[Image: FBBK+SUMPIT-dibutuhkan+teknik+pernapasan...asaran.jpg]
"Makanya, tak heran penjajah Belanda bilang, menghadapi prajurit Dayak itu seperti melawan hantu," tutur Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (2/6/2011).
Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu serdadu Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih hidup lari terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas dengan tembakan, dampak timah panas ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.
Tak sampai lima menit setelah tertancap anak sumpit pada bagian tubuh mana pun, para serdadu Belanda yang awalnya kejang-kajang akan tewas. Bahkan, bisa jadi dalam hitungan detik mereka sudah tak bernyawa. Sementara, jika prajurit Dayak tertembak dan bukan pada bagian yang penting, peluru tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat beberapa minggu, mereka pun siap berperang kembali.

Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba.
[Image: ksatria+dayak.jpg]
"Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh hingga pedalaman," Chendana.

Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk dalam waktu singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh. "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.

Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan. "Mereka yang mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau keracunan," kata Chendana.
Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari sambil terkencing-kencing.
"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah. Orang atau binatang yang kena anak sumpit, biasanya kejang-kejang sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah Chendana.

Selasa, 07 Juni 2011

Tepian Mahakam Tempoe Doloe

Dermaga samarinda 1940







Tepian Mahakam ( Samarinda)
 








Panorama Batu Panggal      




Pelabuhan Batu Bara di Batu Panggal





Terlihat Beberapa Orang Sedang Memotong Sebuah Batang Pohon     





Terlihat Beberapa Orang Diatas Rakit Kayu




Kapal Belanda HR MS CERAM di Pelabuhan Samarinda

Minggu, 05 Juni 2011

Pasukan kerajaan kutai

Pasukan kerajaan dengan senjata tombak
Parade Pasukan Pengawal Sultan Kutai ( depan istana kerajaan)


      
                                                      
Sekelompok Orang Mengibarkan Bendera Belanda




Tentara K.N.I.L

S.M Lafeber memberikan petunjuk pada anggota tentara K.N.I.L infantri XIV Samarinda , 12 juli 1949



Infantri XIV Samarinda








Tentara K.N.I.L melaksanakan patroli






Markas Detasemen Samarinda   



Gubernur Dr H.J. MOOK ,memeriksa pasukan (K.N.I.L)
Samarinda 25 agustus 1947







Sabtu, 04 Juni 2011

Potret Pemimpin kalimantan

Controller H.Ch. Douwes Dekker dan istrinya dan pembantu rumah tangga
Samarinda thn 1901
Sultan Sembalioeng & jajaranya
Samarinda thn 1947












Dr HJ.MOOK komandan pasukan belanda di wilayah kalimantan-timur
thn 1947



















                                                                           

Jumat, 03 Juni 2011

Foto Raja Kutai

Tari topeng
di halaman istana kerajaan kutai


Raja kutai Sultan Aji Muhammad Sulaiman
thn 1901



Raja kutai bersama pengawal & dayang2



Peta Pulau Kalimantan versi China